Sunday, January 24, 2016

Random : How to Handle Hate Comments? (Bahasa Indonesia)


Mungkin dari beberapa pengguna internet atau social media influencers setidaknya pernah merasakan bagaimana orang lain atau orang yang tidak dikenal tiba-tiba mengirimkan hate comments atau komen-komen yang selalu berhubungan dengan kedengkian dan iri hati. Aku juga jadi ingin sharing ke beberapa dari kalian (yang mungkin pembaca blog atau bahkan bloggers / social media influencers lainnya) tentang bagaimana sih menanggapi mereka-mereka ini? (Internet Trolls yang selalu acting seperti 100% orang suci atau paling sempurna sehingga bebas melemparkan hate comments ke orang lain.)

Aku personally tahu dan mengerti bahwa kita dapat membenci atau tidak suka seseorang tanpa alasan (I read that on XiaXue's blog post as well, it's true). Kayak tiba-tiba dan tanpa sebab tidak suka dengan seseorang atau ada alasan tapi tidak berlandasan. Seperti tidak seseorang padahal belum pernah berbicara sama orang tersebut atau tidak terlalu akrab. Ya pasti setiap orang pernah merasakan... Tetapi pilihan untuk merespon atau tidak merespon merupakan decision atau keputusan pribadi masing-masing pihak. 

Contoh : Aku tidak suka melihat B karena memang tidak suka (tanpa suatu alasan yang berlandasan). Tapi aku memilih untuk tidak mengganggu hidupnya, tidak follow akun social medianya, dan berusaha tidak menanyakan hal berbau topik mengenai si B. Tetapi ada beberapa orang yang justru melakukan hal yang sebaliknya, berujung menghabiskan waktu melempar cemoohan tidak bermutu di social media.

Beberapa pembaca lama blog aku mungkin sadar, kalau kalian mau sharing komen sekarang ada sistem filterisasi. Jadi semua komen akan dievaluasi oleh aku secara pribadi, baru bisa disharing ke publik. Di posting-postingan lama aku, belum berlaku seperti itu. Mungkin ada beberapa komen yang berbau jorok atau kurang berkenan, aku mau minta maaf karena bukan kehendak aku juga orang-orang itu sharing komen yang tidak bermutu. Aku berusaha keras untuk menghapus komen-komen yang memiliki konten buruk.

How to Handle Hate Comments? Bagaimana cara mengkontrol emosi kita saat kita dihadapi situasi seperti ini, tentu saja adalah dengan report as spam, block, dan delete. Tetapi memang terkadang aku iseng, terus aku jawab. But at the end, pasti aku seringnya hapus respon pernyataan-pernyataan yang tidak bermutu seperti itu.

Belum lama ini aku mendapat komentar yang tidak bermutu, intinya :

"Gausah ngaku orang Korea, sok-sokan ngomong Korea lafal aja belum mirip sama orang Korea. Gausah ngaku-ngaku pacaran sama orang Korea. Ngaku tinggal di Busan. China aja ga keliatan. Nanti orang tua lo malu, ...." 

yada yada yada, aku tidak bisa ingat lagi sisanya karena buat apa juga diingat. Ga penting.

Cuma mau meluruskan bagi kamu yang MEMBUANG JAM BERHARGA DALAM HIDUP KAMU untuk mengurusi HIDUP PRIBADI AKU.

1. Aku sama sekali tidak pernah teriak bahwa aku orang Korea. Aku selalu memperkenalkan diri di depang orang sebagai orang Indonesia. Kenapa? Aku tidak pernah merasa malu lahir di Jakarta dan tinggal di Jakarta. Jadi jangan pernah bilang aku malu jadi orang Indonesia terus tidak mengakui asal negara sendiri.

2. Keluarga aku memang ada keturunan Chinese Indonesian tetapi karena anggota keluarga banyak yang menikah dengan mereka dari latar belakang berbeda maka keluarga besar aku pribadi sangat multikultural. Mungkin ada beberapa etnis dalam keluarga aku yang belum disebutkan, karena memang kami sangat beragam. But, I am pretty sure ... I am looking so asian in this photo and even my parents are looking so asian too hhahaha. 


3. Mantan Pacar aku memang orang Korea, aku LDR selama beberapa bulan dengan laki-laki ini. Bertahan kurang lebih 9 bulanan. Karena kami berdua punya prioritas mengejar karir dan studi masing-masing di negara yang berbeda, makanya kami memutuskan untuk menyudahi saja hubungannya.

Nah, sekarang aku tidak menjalani hubungan dengan siapa pun. (kalau kalian membaca ini bukan dalam waktu bersamaan dengan waktu postingan ini keluar dan mungkin waktu kamu baca aku sudah punya pasangan, well that's good)

Laki-laki ini adalah temannya teman aku (Ka Pandhu di ask.fm si backpacker), jadi bukan ngaku-ngaku tapi memang pernah kami pacaran. Mau bukti? Link Here! 



4. Bio di Facebook aku memang pilih Busan karena aku memang pernah stay dan visit tempat tersebut untuk belajar / traveling, and do not take my facebook bio too seriously. Kalau mau baca bio aku yang pasti dan 100% benar ya silahkan buka pada kolom bio/profile/protfolio di blog ini.

Ya memang aku se-concern itu dan serela itu belajar budaya Korea, mungkin bisa lihat di bawah ini :


I posed like that for more than 15 minutes. My feet were hurt so bad.


I learned how to do traditional activities to respect elders or fellow family members in New Year, because I thought my relationship with my ex was going to be long at that time.

5. I am not Korean why I supposed to sound like them? Aku adalah orang Indonesia yang menjadi siswa di Korean Cultural Center sekarang dan masuk level high intermediate untuk belajar Bahasa Korea. So I am not sure, kalau kamu bisa maki-maki aku. Apanya yang salah?

Lalu, aku cuma mau tanya deh... Kalau kalian berani memaki-maki seseorang yang berniat belajar bahasa asing, memangnya berapa bahasa asing yang sudah berhasil kamu kuasai? Even mungkin saja Bahasa Inggris juga tidak sempurna atau nilai TOEFL juga belum tentu di atas 500. LOL berkaca sebelum mencaci maki aku ini lah.

-

Sebenarnya aku merasa ga terlalu urgent membuat postingan ini karena jujur aku tidak sepeduli yang kalian kira. Kenapa? Jujur aku tidak ada waktu.
1. Aku seorang perempuan berumur 20 tahun yang jelas sudah memiliki cita-cita, studi dengan nilai yang cukup baik (just need to know that GPA is high enough, so please mind your words), dan sudah bisa menghasilkan uang dari kerja keras pribadi sejak umur 16 tahun dari usaha kecil-kecilan sampai sekarang blogging, freelance modeling, freelance stylist, freelance writer, menjadi pembicara, dan juga usaha mendirikan study club atau lembaga kursus non formal Korean101 Indonesia.
2. Aku juga sibuk studi di luar studi formal di kampus. Aku masih sampai sekarang kursus Bahasa Korea
3. Aku juga punya tugas rumah yang sangat banyak dari pihak kampus.

Sekali lagi, aku jujur tidak punya banyak waktu untuk peduli dengan hal yang tidak bersifat urgent atau tidak penting. Aku masih banyak prioritas lainnya. (pacaran aja belum ada waktu lol).

Jadi apa aku sebegitu pedulinya dengan segelintir kalian yang SOK MENCAMPURI URUSAN KEHIDUPAN PRIBADI seorang Margareta Vania? Nope. Malah... kadang kalau ada hate comments datang biasanya aku lagi makan siang, lagi di kampus bercanda sama teman, lagi istirahat di kamar, dan pernah lagi jalan-jalan di mall. HAHAHA.

LOL. Pretty much, in real life... I am such a happy person. Mau beberapa kalian menyerang dan meremehkan, itu tidak ada ngaruhnya. TIDAK BERPENGARUH. Kecuali kalian Bapak Presiden lalu sharing hate comment ke aku, mungkin aku akan dikucilkan satu Indonesia. Tapi sayangnya mayoritas dari kalian adalah ANONYMOUS yang MUKA AJA TIDAK ADA. YOU ARE INVISIBLE AND I AM NOT. Just admit that I am that good to handle hate comments. It's not a big deal.

Waktu aku memutuskan untuk mempublikasikan sebagian dari hidup aku ini ke social media, aku sudah tau konsekuensinya akan seperti ini. So, yea just take it. Some people might love you and some people might not. Tetapi peduli perasaan seseorang itu akan selalu perlu. UU ITE No. 11 sudah ada kan? KALIAN BISA DIHUKUM DAN DIDENDA SAMA PEMERINTAH LOH KALAU SUKANYA ASAL NGOMONG DI SOCIAL MEDIA... Mau lihat UU nya, silahkan click disini!

Hate comments never stop me, jadi jangan kira aku akan sedih terpuruk dan menyerah. No. Aku justru semakin terpacu untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Semakin seseorang itu sukses, semakin banyak kerikil-kerikil yang datang. Hal itu terbukti. Aku cuma seorang Margaret yang datang dari keluarga yang apa adanya dan bukan berasal dari keluarga kaya raya tujuh turunan. Aku seorang Margareta yang selalu bersyukur, mencintai orang yang mencintai aku sebagaimana adanya ini, aku seorang yang apa adanya dan blak-blakan, dan aku seseorang yang tidak malu menjadi diri sendiri di depan banyak orang.

So who are you judging me? Are you even better than me? Memang semua orang itu lahir judgmental, tapi beberapa orang memilih untuk tidak berbicara seenaknya tanpa berpikir, that's me. Maybe kalian yang suka menghabiskan waktu mengurusi hidup orang lain adalah orang yang judgmental dan bawel tidak bisa menjaga / mengontrol pikiran kalian sendiri.

Aku juga selalu bersyukur, dibanding mereka yang suka share hate comments di akun social media aku... masih jauh lebih banyak orang-orang yang sharing hal-hal yang baik dan membangun. Even, kalau kalian ingin memberikan saran tidak boleh yang menjatuhkan dan hindari kata #nooffense. Kalau kalian tidak ada maksud menyinggung, tidak usah pakai kata-kata itu. 

"Keep being a better version of you guys... no matter what other people say about you. Everyone has flaws and it's okay. Everyone is not always being good all the time and it's okay... You don't need to be good all the time."

regards,

2 comments:

  1. If you do good and you think it's good, just go ahead! Hihihi :p
    Tenang, orang kalo udah gak suka itu lo mau ngapain aja juga pasti salah di mata mereka. Kalo di mata gue sih, gue malah seneng liat temen gue sudah menemukan dunianya dan berani total dalam menghidupi mimpinya. Apalagi tau ada Korean101... Mungkin kapan2 bisa dibuka kelas French101 atau German101 hahahaha (krn gue lagi belajar 2 bahasa itu) :) :) :)

    Tidak jauh kisah gue sama lo kok, Mar. Gue menemukan dunia gue untuk menjadi aktivis HAM dan LGBT. Menulis tulisan, membuat jurnal, bahkan ikut turun ke jalan. Tentu ada aja orang gak suka dan melemparkan komen gue hanya sok eksis.

    Haters gonna hate, Mar. Masih banyak hal yang perlu dikerjakan untuk membuat dunia menjadi lebih baik. Cheer up. :)

    ReplyDelete
  2. sabar yah margieee~ your haters love you so much that they paid attention to even small things you did lol xD

    cheer, michelle ~ http://livedreammagic.blogspot.com/

    ReplyDelete